JEMBATAN & PERENCANAANNYA


  •   Pengertian

        Pengertian Jembatan Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan jembatan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah.

        Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Menurut Ir. H. J. Struyk dalam bukunya “Jembatan“, jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau lalu lintas biasa).
          Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar. Minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
  •     Syarat
               Terdapat berbagai syarat-syarat atau hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan jembatan, syarat-syarat tersebut seperti:
  1. Lokasi
  2. Desain Jembatan
  3. Kelengkapan Data
  •     Standarisasi/Peraturan
             Berdasarkan SURAT EDARAN MENTERI PUPR Nomor : 07/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UMUM PERENCANAAN JEMBATAN,dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan sebagai pedoman perencanaan jembatan.
  1. SNI 03-1725-1989, Pedoman perencanaan pembebanan jembatan jalan raya.
  2. SNI 2838:2008, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan
  3. SNI 03-2850-1992, Tata cara pemasangan utilitas di jalan
  4. RSNI T-02-2005, Standar pembebanan untuk jembatan
  5. RSNI T-03-2005, Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan.
  6. RSNI T-12-2004, Standar perencanaan struktur beton untuk jembatan
  7. Pd-T-13-2004-B, Pedoman penempatan utilitas pada daerah milik jalan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/SE/M/2010 tentang peta gempa 2010.
  • Bagian-bagian dari jembatan
           Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip–Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok
  1. Bangunan atas
  2. Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
  3. Bangunan Bawas ( memikul beban )
  4. Pondasi
  5. Optrit, ( terletak di belakang abdument )
  6. Bangunan pengaman
  • Bentuk-bentuk jembatan berdasarkan strukturnya
         Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Bambang Supriyadi, 2007:18), antara lain: 
  1. Jembatan plat (slab bridge). Jembatan dengan bentuk yang paling ekonomis untuk menahan lentur dan gaya geser serta memiliki momen inersia terbesar untuk berat yang relatif rendah setiap unit panjangnya. 
  2. Jembatan gelagar (girder bridge). Jembatan yang memiliki gelagar utama dihubungkan secara melintang dengan balok lantai membentuk pola grid dan akan menyalurkan beban bersamasama. Jembatan tipe ini dibagi menjadi 2 macam yakni, I-girder dan box girder.
  3. Jembatan rangka (truss bridge). Jembatan yang terdiri dari elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada ujungnya. Setiap bagian menahan beban axial juga tekan dan tarik.
  4. Jembatan pelengkung (arch bridge). Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan axial.
  5. Jembatan gantung (suspension bridge). Jembatan dimana gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang kemudian digantungkan pada kabel penggantung utama yang melewati menara dari tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang terpanjang.
     
  6. Jembatan kabel (cable stayed bridge). Jembatan dimana gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara. Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak panjang. 
  7. Jembatan cantilever (cantilever bridge). 8 Jembatan menerus yang dibuat dengan penempatan sendi di antara pendukung.
  • Beban yang bekerja pada jembatan
Dalam perencanaan struktur jembatan secara umum, khususnya jembatan komposit, hal yang perlu sekali diperhatikan adalah masalah pembebanan yang akan bekerja pada struktur jembatan yang dibuat. Menurut pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR No 378/1987) dan PMJJR No 12/1970 membagi pembebanan jembatan dalam dua kelas, yaitu:
Kelas
Berat Beton
A
B
 10
8
Table 2.1 Kelas tekan as gandar (PMJJR No.12/1970)
  • Beban Primer
  1. Beban Mati
  2. Beban Hidup
  • Beban Sekunder
  1. Beban Angin
  2. Gaya Akibat perbedaan suhu
  • Beban Khusus
  1. Gaya Sentrifugal
  2. Gaya gesekan pada tumpuan
  3. Gaya tumpukkan pada jemabatan layang
  4. Beban&gaya selama pelaksanaan
  5. Gaya akibat aliran air dan benda benda hanyut
Gavin Ananda Pangersa Graviana
12316983
3TA03
I Kadek Bagus Widana Putra ST., MT

HMTS Gunadarma
Jurusan Teknik Sipil Gunadarma
Universitas Gunadarma

Source:

SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 07/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN UMUM PERENCANAAN JEMBATAN



http://yanceadii.blogspot.com/2011/07/perencanaan-jembatan.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JEMBATAN/TEROWONGAN PENGHUBUNG BATAM-SINGAPURA

MORAL,ETIKA DAN MAHASISWA

JEMBATAN BARELANG